Beban Belajar, Tidak Cukup Mengurangi Jam Saja
Beban Belajar, Tidak Cukup Mengurangi Jam Saja
Mengurangi beban anak di sekolah tidak cukup dengan menyusutkan jumlah jam belajar. Muatan kurikulum yang terlalu padat malah bisa menambah tekanan baik kepada murid maupun guru. Demikian pendapat psikolog pendidikan dari Universitas Indonesia Lucia RM Royanto, Selasa (8/11), ketika dimintai komentarnya tentang rencana pengurangan jam belajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kini tengah menyusun standar isi pendidikan, terdiri dari rumusan rekomendasi kurikulum baru dan beban belajar. Dalam rancangan itu antara lain diusulkan penyusutan jumlah jam pelajaran menjadi sekitar 1.000 jam dalam satu tahun dari 1.100-1.200 jam.
"Selama ini guru cenderung mengejar target kurikulum. Oleh karena itu muatan kurikulum harus dipertimbangkan," katanya. Menurut dia, yang harus dipertimbangkan antara lain jangan sampai urutan pembelajaran melompat-lompat. Misalnya, materi yang lebih susah malah disajikan terlebih dahulu.
Tumpang tindihMateri pembelajaran juga jangan tumpang tindih. Dia mencontohkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Pendidikan Lingkungan dan Kehidupan Jakarta (PLKJ) yang sejumlah materinya ada kesamaan."Terkadang topik yang sama itu berbeda pembahasannya di buku Ilmu Pengetahuan Sosial atau PLKJ. Ini membuat anak menjadi bingung," katanya. Agar kurikulum dapat diterapkan dengan baik di lapangan, guru yang berhadapan langsung dengan murid harus dilibatkan dalam pembuatan kurikulum. Demikian pula para psikolog kognitif yang mengerti urutan tingkat pengetahuan anak.Dengan mengurangi materi yang tumpang tindih, muatan materi mata pelajaran tertentu dapat lebih ringan atau malah bisa dihapuskan.
Jika kurikulum tetap padat sementara jam belajar singkat, terbuka kemungkinan sekolah menambah jam belajar sendiri dan membebani murid dengan lebih banyak lagi pekerjaan rumah. Anak makin stres dan kelelahan.
Lucia berpendapat, kurikulum tidak perlu padat. Yang terpenting ialah kemampuan guru merangsang anak untuk memiliki rasa ingin tahu, menumbuhkan keinginan belajar, membekali murid dengan cara belajar serta menelusuri pengetahuan melalui berbagai sumber. (INE)
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0511/09/070559.htm
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) kini tengah menyusun standar isi pendidikan, terdiri dari rumusan rekomendasi kurikulum baru dan beban belajar. Dalam rancangan itu antara lain diusulkan penyusutan jumlah jam pelajaran menjadi sekitar 1.000 jam dalam satu tahun dari 1.100-1.200 jam.
"Selama ini guru cenderung mengejar target kurikulum. Oleh karena itu muatan kurikulum harus dipertimbangkan," katanya. Menurut dia, yang harus dipertimbangkan antara lain jangan sampai urutan pembelajaran melompat-lompat. Misalnya, materi yang lebih susah malah disajikan terlebih dahulu.
Tumpang tindihMateri pembelajaran juga jangan tumpang tindih. Dia mencontohkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Pendidikan Lingkungan dan Kehidupan Jakarta (PLKJ) yang sejumlah materinya ada kesamaan."Terkadang topik yang sama itu berbeda pembahasannya di buku Ilmu Pengetahuan Sosial atau PLKJ. Ini membuat anak menjadi bingung," katanya. Agar kurikulum dapat diterapkan dengan baik di lapangan, guru yang berhadapan langsung dengan murid harus dilibatkan dalam pembuatan kurikulum. Demikian pula para psikolog kognitif yang mengerti urutan tingkat pengetahuan anak.Dengan mengurangi materi yang tumpang tindih, muatan materi mata pelajaran tertentu dapat lebih ringan atau malah bisa dihapuskan.
Jika kurikulum tetap padat sementara jam belajar singkat, terbuka kemungkinan sekolah menambah jam belajar sendiri dan membebani murid dengan lebih banyak lagi pekerjaan rumah. Anak makin stres dan kelelahan.
Lucia berpendapat, kurikulum tidak perlu padat. Yang terpenting ialah kemampuan guru merangsang anak untuk memiliki rasa ingin tahu, menumbuhkan keinginan belajar, membekali murid dengan cara belajar serta menelusuri pengetahuan melalui berbagai sumber. (INE)
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0511/09/070559.htm
0 Response to "Beban Belajar, Tidak Cukup Mengurangi Jam Saja"
Posting Komentar